Jumat, 17 Maret 2017

Konflik Konservasi



 Tulisan diambil dari Target Kinerja Pribadi, Mata Kuliah Manajemen Konflik II, Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK), Sekolah Pascasarjana UGM
Konsep III. Tantangan Manajemen dan Resolusi Konflik Konservasi di Indonesia dan Peran MPRK

Konflik Konservasi

Pembelajaran mengenai konflik konservasi didasari oleh definisi yang dikemukakan oleh  Redpath et al., (2013) yaitu konflik konservasi adalah situasi yang terjadi dimana dua atau lebih pihak yang masing-masing memiliki opini yang kuat mengenai objek konservasi yang saling berbenturan. Definisi ini memahami konflik konservasi secara mendasar terjadi antara manusia1. Salah satu yang menarik dan paling banyak terjadi di Indonesia adalah konflik dalam pengelolaan kawasan konservasi.
 Konflik pengelolaan kawasan konservasi seharusnya dikelola dalam bentuk manajemen konflik agar dalam pengelolaan kawasan tersebut dapat terus berjalan secara optimal. Pendekatan ini cenderung dipilih karena tidak seperti konflik-konflik yang lainnya, kebanyakan konflik konservasi bersifat komplek dan jangka panjang dan boleh jadi tidak pernah teresolusi sepenuhnya. Kebanyakan konflik hanya dapat dikelola dengan berbagai cara agar tidak menimbulkan akibat yang merusak (Walker dan Daniels, 1997 dalam Niemaela et al., 2005) 2 sehingga konflik konservasi tidak dapat dipahami hanya dari satu paradigma saja, tetapi membutuhkan pendekatan konsep yang terintegrasi dari berbagai bidang ilmu termasuk ilmu alam, ilmu sosial dan kemanusiaan  (Redpath et al., 2013). Integrasi berbagai bidang ilmu merupakan tantangan dalam efektifitas manajemen konflik konservasi. Selain itu konflik dalam pengelolaan kawasan konservasi lebih bersifat jangka panjang, yaitu sepanjang fungsi kawasan tersebut masih dibutuhkan oleh manusia sebagai sistem penyangga kehidupan.
Redpath et al. (2013) menggambarkan sebuah panduan mengenai peta jalan untuk manajemen konflik konservasi yang efektif dimana proses tersebut melibatkan ilmuwan bidang sosial dan bidang ekologi bersama dengan parapihak, penentu kebijakan dan mungkin juga mediator.


Kajian konflik dalam pengelolaan kawasan konservasi menjadi sangat menarik dan menantang terkait derajat kompleksitas sistem yang dikaji, dengan tuntutan untuk dapat mengurai kompleksitas sistem sosial-ekologi dalam pengelolaan kawasan konservasi yang meliputi analisa kebijakan, valuasi kawasan, analisa sosial masyarakat, analisa konflik pengelolaan sebagai unsur-unsur dalam perangkat manajemen konflik yang dibangun. Dengan demikian kajian mengenai konflik konservasi dapat memperkaya kajian konflik dengan kekhasan tersendiri.

Bahan Bacaan :
1  Redpath, S.M., Young, J., Evely, A., Adams, W.M., Sutherland, W.J., Whitehouse, A., Amar, A., Lambert, R.A., Linnell, J.D.C., Watt, A., Gutierrez, R.J. 2013. Understanding and Managing Conservation Conflicts. Trends in Ecology and Evolution (28).

2  Niemela, J., Young, J., Alard, D., Askasibar, M., Henle, K., Johnson, R., Kurttila, M., Larsson, T., Matouch, S., Nowicki, P., Paiva, R., Portoghesi, L., Smulders, R.2005.Identifying, managing and monitoring conflicts between forest biodiversity conservation and other human interests in Europe. Forest Policy and Economics (7), 877 – 890.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar