Jumat, 15 Maret 2013

Bu...cita-cita ku pengen jadi pedagang ikan asin

Bu……Cita-Cita ku Pengen Jadi Pedagang Ikan Asin

Di awal menuliskan cerita ini, aku sempat mengalami kesulitan untuk merumuskan judul yang tepat. Beberapa alternatif kupelajari dengan serius. Apa sih sebenarnya yang ada dalam pikiranku sehingga memberiku ide untuk menuliskannya dan apa pesan yang ingin kusampaikan dari cerita ini. Melalui perhitungan yang cermat dan matang….”hahay mulai deh background sebagai orang eksaknya muncul….” Akhirnya aku beri judul apa adanya seperti yang diucapkan Panji –anakku- ke Ibunya yang kemudian diceritakan ke aku.

Panji - anak sulungku - kelas 2 SD berkulit bersih seperti ibunya….”aku mengakui bahwa kulitku lebih gelap meskipun tidak gelap total ”… Panji memiliki hobi main sepak bola. Ketika pulang sekolah baju seragamnya tidak pernah bersih, kaos kakinya dan celana seragamnya sering berlubang atau koyak.

Menjemput Panji ketika pulang sekolah adalah suatu ritual yang perlu waktu lebih dan stok kesabaran yang ekstra karena dia dapat berada dimana saja bersama teman-temannya, hal ini yang sering membuat ibunya kebingungan…..dan “hebatnya” itu selalu terulang meskipun dia dimarahi berulang kali. “ Ahh…namanya juga anak-anak”….

Suatu malam - setelah belajar - , Panji bercerita ke ibunya..” Bu…cita-citaku pengen jadi pedagang ikan asin “..Ibunya tertawa adik-adiknya juga ikut mentertawakan ucapan kakaknya…sebuah ungkapan polos seorang anak Indonesia yang sangat tidak mainstream. Mana ada anak-anak di Indonesia raya ini yang punya cita-cita jadi pedagang ikan asin. Anak-anak Indonesia selalu dicekoki cita-cita jadi dokter, tentara, polisi, presiden, pejabat dan hal-hal “tinggi” lainnya. Seakan-akan Indonesia hanya memerlukan mereka-mereka yang “tinggi” itu.

Tidak ada yang salah dengan cita-cita atau profesi-profesi “tinggi” tersebut karena sejak kecil, kita pun dicekoki dengan peribahasa “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Tapi kemudian saya bertanya-tanya…”memangnya bercita-cita misalnya menjadi petani atau  pedagang ikan asin atau apa lah…itu tidak bisa digantungkan di langit ya”…tanya kenapa???..

Menyambung ucapan Panji tadi…sambil tertawa sang Ibu dengan naluri mantan seorang guru di sekolah yang tidak klasikal,bertanya…”Kenapa Panji ingin jadi pedagang ikan asin ??”..bak seorang direktur utama perusahaan yang handal sedang mempresentasikan bussines project ke investornya, dia menerangkan… “ Bu,nanti ikan asin ku akan kupotong-potong bagus seperti ini…..dia memperagakan potongan kotak-kotak….kemudian kuberi bungkus yang baik dan menarik…trus aku ekspor ke Malaysia..trus aku dapat uang..trus aku kaya…”. Sang ibu hanya tertawa dan menjawab..”kalau mau jadi pedagang ikan asin kualitas ekspor harus belajar yang baik, terus supaya bisa menghitung uang yang benar harus belajar matematika yang tekun. Beberapa waktu kemudian, istriku menelepon dan menceritakan kejadian itu kepadaku..”Pa..tuh anakmu mau jadi pedagang ikan asin”…

Cerita istriku tentang ucapan Panji, pada awalnya juga membuatku tertawa. Kemudian aku merenung, orang tua mana sih di Indonesia ini yang akan merestui anaknya bercita-cita menjadi pedagang ikan asin. Semua orangtua Indonesia ingin dan selalu berdoa anaknya menjadi dokter, jenderal, presiden, pejabat tinggi..pokoknya serba “tinggi”. Mungkin aku pun orang tua tipe itu.

Yang aku kagumi dari cerita tentang cita-cita Panji adalah bahwa dia telah dapat memaknai sebuah pekerjaan, entah dia mendapat ide dari mana, dia sama sekali tidak meremehkan profesi sebagai pedagang ikan asin. Bahkan dia telah menciptakan bussines plan untuk usaha ikan asinnya dan added value-nya serta menciptakan pasar untuk produknya, dan sudah memikirkan tentang ekspor pula. Dia sudah mampu membayangkan sebuah produk lokal yang akan dibawanya ke tingkat global. Betapa mengagumkan pemikiran anak kelas 2 SD ini. Dan yang terpenting dia bercita-cita untuk kaya. Saya sebagai orang tua tipe semi klasik akhirnya hanya mengamini bagian akhir ini dengan tambahan..semoga anakku menjadi kaya dan bermanfaat dengan cara yang benar. 
Sebagaimana anak-anak lainnya, itu adalah cita-cita Panji di minggu ini. Beberapa minggu yang lalu dia bercita-cita jadi guru karena baginya jadi guru itu sangat enak..tinggal bilang ke murid-muridnya “buka LKS halaman sekian..kerjakan…kalau tidak selesai dijadikan PR ya”…enak kan. Entah beberapa minggu ke depan apakah dia akan memiliki cita-cita yang baru lagi. Tapi sebelum ada cita-cita yang baru itu biarlah dia dengan cita-citanya menjadi pedagang ikan asin dan memikirkan bagaimana dia mengembangkan usahanya dengan segala khayalan kreatifitasnya. Mungkin minggu depan ini dia akan ekspor ikan asinnya ke Amerika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar